Banner Indonesia Network

Google
 

Tuesday, May 15, 2007

Sejarah Muhammadiyah Malang

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), berdiri pada tahun 1964 . UMM merupakan salah satu universitas yang tumbuh cepat, sehingga oleh PP Muhammadiyah diberi amanat sebagai perguruan tinggi pembina untuk seluruh PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) wilayah Indonesia Timur. Program-programyang didisain dengan cermat menjadikan UMM sebagai "The Real University", yaitu universitas yang benar-benar universitas dalam artian sebagai institusi pendidikan tinggi yang selalu komit dalam mengembangkan Tri Darma Perguruan Tinggi Pada sekarang ini Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menempati 3 lokasi kampus, yaitu kampus I di jalan benduangn bandung, kampus dua di sumbersari dan kampus tiga di tegal gondo. Kampus satu yang merupakan cikal bakal UMM, dan sekarang ini dikonsentrasikan untuk program pasca sarjana. Sedangkan kampus II yang dulu merupakan pusat kegiatan utama , sekarang di konsentrasikan sebagai kampus fakultas kedokteran dan program D3 akademi perawat. Sedangkan kampus III sebagai kampus terpadu dijadikan sebagai pusat sari seluruh aktivitas.Fakultas-FakultasPada awal berdiri, UMM baru membuka beberapa fakultas, yaitu fakultas Hukum, Ekonomi dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) serta jurusan Ilmu Agama (Cabang dari FAI Universitas Muhammadiyah Jakarta). Seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan jaman, maka UMM telah membuka fakultas-fakultas lain, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Psikologi, Kedokteram, Program D3 Keperawatan dan Program Pasca Sarjana yang masing-masing mengembang beberapa jurusan.MahasiswaSaat ini UMM mendidik tidak kurang dari 23.700 mahasiswa dari seluruh penjuru tanah air, mulai dari NAD hingga Papua. Jumlah tersebut termasuk mahasiswa luar negeri, yaitu dari Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Australia dan Timor Leste. Mereka mempunyai latar belakang umur, budaya, suku ras, agama, kondisi sosial dan asal SLTA yang berada. Sehingga, menampak gerbang UMM ibarat masuk ke dalam "Dunia Mini" tempat berinteraksi antar individu dan komunitas yang beragam latar belakangnya.Dosan dan Staff TeknisDi bidang akademik, Umm terus mengembangkan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pendidikan, penelitian yang berstandar internasional serta didukung dosen yang qualified. Hal ini dilakukan, karena UMM telah bertekad menjadi The Real University. Saat ini, UMM mempunyai staf pengajar tidak kurang 750 orang dengan kualifikasi pendidikan hampir 80% lulusan S2, 15% S3 dan Guru Besar sedangkan sisanya masih lulusan S1 dari berbagai PT dalam dan luar negeri. Selain itu UMM juga didukung oleh ratusan staf administrasi, teknisi dan laboran yang masing-masing ahli di bidangnya. Untuk meningkatkan Skill dan kualitas SDM, UMM secara berkala mengirimkan dosen dan staf teknis ke luar negeri untuk mempelajari dan mendalami ilmu dan pengetahuan di semua bidang.

Wednesday, May 2, 2007

SEJARAH STIE YKPN JOGJA


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta didirikan di Yogyakarta pada tanggal 12 September 1980. Tujuan pendirian STIE YKPN Yogyakarta adalah menyiapkan peserta didik menjadi warganegara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki integritas pribadi yang tinggi, terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan bidang ekonomi.
STIE YKPN Yogyakarta menyelenggarakan program pendidikan strata satu (S-1) Jurusan Akuntansi, Manajemen, dan Ilmu Ekonomi, serta Program Pascasarjana, yaitu: Program Magister Akuntansi (MAKSI), Magister Manajemen (MM), dan Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA). Dalam perkembangannya selama lebih kurang dua puluh lima tahun, banyak hal yang telah dicapai STIE YKPN Yogyakarta. Perkembangan tersebut antara lain berupa diperolehnya status terdaftar, kemudian diakui, dan akhirnya disamakan untuk Jurusan Akuntansi dan Manajemen, serta status terdaftar untuk Jurusan Ilmu Ekonomi. Pada tahun 2002, STIE YKPN Yogyakarta memperoleh kepercayaan sebagai perguruan tinggi yang pertama kali menyelenggarakan program PPA di Yogyakarta. Pada tahun 2006, Jurusan Akuntansi dan Manajemen STIE YKPN Yogyakarta masing-masing mendapat status terakreditasi A. Perpanjangan ijin penyelenggaraan program studi untuk jurusan Akuntansi dengan SK No. 2609/D/T/2004 dan jurusan Manajemen dengan SK No. 2610/D/T/2004 tertanggal 7 Juli 2004.
STIE YKPN Yogyakarta berada di bawah naungan Yayasan Keluarga Pahlawan Negara Yogya­karta. Pengelolaan STIE YKPN Yogyakarta dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Harian (BPH) dan Ketua STIE YKPN Yogyakarta. BPH dan Ketua STIE YKPN Yogyakarta diangkat oleh Yayasan. BPH STIE YKPN Yogyakarta adalah badan yang dibentuk oleh Yayasan Keluarga Pahlawan Negara Yogyakarta untuk menetapkan kebijakan penyelenggaraan pendidikan di STIE YKPN Yogyakarta. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua STIE YKPN Yogyakarta dibantu oleh Pembantu Ketua, Ketua Program Pascasarjana, Direktur PPA, Sekretaris Pelaksana Program Pascasarjana dan Unit Pelaksana Teknis.

SEJARAH SINGKAT UII

Universitas Islam Indonesia didirikan pada tanggal 27 Rajab 1364 H atau bertepatan dengan 8 Juli 1945 (40 hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia), dengan nama Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. STI adalah cita-cita luhur tokoh-tokoh nasional Indonesia yang melihat kenyataan bahwa ketika itu pendidikan tinggi yang ada adalah milik Belanda (Technische Hoogeschool atau Institut Teknologi Bandung kini, Recht Hoogeschool di Jakarta dan Sekolah Tinggi Pertanian di Bogor). STI lahir untuk menjadi bukti adanya kesadaran berpendidikan pada masyarakat pribumi.
Dibidani oleh tokoh-tokoh nasional seperti Dr. Moh. Hatta (Proklamator dan mantan Wakil Presiden RI), Moh. Natsir, Prof. KHA. Muzakkir, Moh. Roem, KH. Wachid Hasyim, dll, menjadikan STI sebagai basis pengembangan pendidikan yang bercorak nasional dan Islamis serta menjadi tumpuan harapan seluruh anak bangsa.
Seiring hijrahnya ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta, maka STI pun hijrah dan diresmikan kembali oleh Presiden Soekarno pada tanggal 27 Rajab 1365 H atau bertepatan dengan tanggal 10 April 1946 bertempat di nDalem Pangulon Yogyakarta. Untuk peningkatan peran dalam perjuangan, maka STI yang kala itu menjadi satu-satunya perguruan tinggi Islam, diubah menjadi universitas dengan nama University Islam Indonesia atau sekarang Universitas Islam Indonesia (Islamic University of Indonesia, Al Jami¿ah Islamiyah Al Indonesiyah) pada tahun 1947.
Realisasi perubahan STI menjadi UII didahului pembukaan kelas pendahuluan (semacam pra universitas) yang diresmikan pada bulan Maret 1948 di Pendopo nDalem Purbojo, Ngasem Yogyakarta. Sedangkan , pembukaan UII (menggantikan STI) secara resmi diselenggarakan pada tanggal 27 Rajab 1367 H (bertepatan dengan tanggal 4 Juni 1948) bertempat di nDalem Kepatihan Yogyakarta dan mendapat kunjungan dari para menteri serta pejabat sipil dan militer lainnya.
Dengan demikian, pada tanggal 27 Rajab (4 Juni 1948) hadirlah University Islam Indonesia yang merupakan wajah baru STI dan telah resmi beroperasi sejak tiga tahun sebelumnya di Negara Republik Indonesia. Pada saat diresmikan UII membuka empat Fakultas, yaitu: Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Pendidikan, dan Fakultas Agama.
UII sebagai universitas swasta tertua di Indonesia, kemudian berkembang sangat pesat dengan lebih 22 fakultas cabang, tersebar diseluruh Indonesia (Surakarta, Madiun, Purwokerto, Gorontalo, Bangil, Cirebon dan Klaten) dengan pusatnya di Yogyakarta.
Namun seiring dengan kebijaksanaan pemerintah bahwa cabang universitas harus ditiadakan, maka cabang-cabang ini kemudian tumbuh sebagai perguruan tinggi baru (baik negeri ataupun swasta) atau tergabung dengan perguruan tinggi negeri yang telah ada. Jadi secara tidak langsung UII mendorong tumbuh dan berkembangnya perguruan-perguruan tinggi di berbagai kota di Indonesia dan UII secara nyata menjadi bagian dari sejarah pendidikan nasional itu sendiri.
Satu misi sederhana dalam kata namun berat, sangat berat, bahkan dalam kenyataannya yang teremban dalam perjalanan sejarah ini adalah mewujudkan kata-kata Bung Hatta dalam pidato peresmian UII kala itu ...di Sekolah Tinggi Islam ini akan bertemu agama (religion) dengan ilmu (science) dalam kerjasama yang baik untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat...

IPDN KAMPUS KEKERASAN

Menanggapi kematian Cliff Muntu yang tewas karena dianiaya di kampusnya, Rektor IPDN mengaku kecolongan. "Mereka (para praja) secara pribadi melakukan kegiatan di luar jam yang telah ditentukan yaitu pukul 22.00 WIB. Ini ilegal," lanjutnya.Ilegal boleh saja dipakai sebagai alasan. Tetapi ini tidak menutupi fakta kalau budaya militer masih mengakar di IPDN. Dan lebih penting lagi, budaya militer masih mengakar di negara ini. Contoh paling sederhana adalah seragam PNS yang di bagian bahunya ada bagian untuk meletakkan pangkat. Padahal pangkat semacam itu nyaris tidak relevan di lingkungan sipil. Atau, perhatikan kalau tiap penerimaan siswa baru di SMP dan SMA juga disertai dengan pelatihan berbaris. Bahkan ada sebuah perusahaan air minum yang mengirim seluruh pegawainya untuk mengikuti pelatihan ala militer, lengkap dengan push-up dan bentak-bentakan. Lalu, apa hubungan pelatihan berbaris dengan prestasi sekolah dan kualitas air minum? Supaya displin katanya.Entah, apakah benar kalau berbaris, push-up, dan bentakan dapat membuat orang disiplin. Atau jangan-jangan itu cuma propaganda semata? Setidaknya insisden-insiden tadi dapat menjadi contoh betapa dalam militerisme telah merasuki bangsa ini. Menwa, Pramuka, Banser NU, adalah beberapa contoh yang lain. Dengan mendompleng gaya militer, sosok-sosok pseudo-militer ini menjadi sosok 'ksatria gagah' di masyarakat.Apakah salah mengidolakan militerimse? Tentu tidak. Tapi tidak pas, apalagi kalau diterapkan pada lembaga yang stakeholder-nya adalah rakyat, karena militerisme cenderung menerapkan budaya militer di masyarakat. Seperti disiplin yang berlebihan, budaya kekerasan, budaya ketakutan dan bahkan budaya sewenang-wenang.Disiplin dan loyalitas bukanlah hal yang buruk, tetapi tetap harus diimbangi dengan kreativitas dan kepekaan, karena, andaikata semua orang Indonesia sudah disiplin setiap hari, tetapi tidak bisa menciptakan sesuatu untuk menjadikan negara ini lebih baik, itu sama saja kita berjalan mundur.